KELIMPAHAN
FITOPLANKTON DI DANAU DORA KAWASAN CIBINONG SCIENCE
CENTER AND BOTANICAL GARDEN
(CSCBG) PUSLIT LIMNOLOGI LIPI CIBINONG
JAWA BARAT
OLEH
SANDRIANTO DJUNAIDI
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyusun laporan
ini yang berjudul “Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Dora Kawasan Cibinong Science Center And
Botanical Garden (CSCBG) Puslit Limnologi LIPI Cibinong, Jawa Barat”.
Praktikum
ini
dilaksanakan pada Bulan Juli 2013
di
Danau Dora Kawasan Cibinong Science Center
And Botanical Garden (CSCBG) LIPI Cibinong, Jawa Barat. Tujuan praktikum ini adalah untuk Mengetahui kelimpahan fitoplankton yang
ditemukan di Danau Dora
dan
perbedaan fitoplankton yang ditemukan pada jam yang berbeda.
Penulis
menyadari bahwa laporan PKL ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam hal
penulisan maupun isi. Berkat kemampuan yang ada serta bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, utamanya dari dosen pembimbing I Bapak Dr. Abdul Hafidz
Olii, S.Pi, M.Si dan pembimbing II Ibu Sri Nuryatin Hamzah, S.Kel, M.Si yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan PKL ini.
Akhirnya atas segala kesalahan dan kehilafan kepada
semua pihak baik yang disengaja maupun yang tidak, penulis memohonkan hati
untuk dimaafkan. Semoga ilmu, bantuan, bimbingan dan petunjuk yang telah
diberikan oleh semua pihak, insya Allah akan memperoleh imbalan yang setimpal
dari Allah SWT dan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua dalam
menjalankan segala aktivitas dalam kesehariannya.
Gorontalo, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan...................................................................................................... 2
1.3 Manfaat.................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1
Sejarah umum LIPI.................................................................................. 3
2.2
Sejarah umum limnologi.......................................................................... 4
2.3 Tugas
dan fungsi limnologi...................................................................... 5
2.4 Visi dan misi limnologi............................................................................ 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi fitoplankton................................................................................ 7
3.2
Fungsi fitoplankton di perairan................................................................ 9
3.3 Faktor fisika
kimia perairan yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan.. 10
3.4 Fitoplankton sebagai indikator kualitas perairan..................................... 12
BAB IV METODE PRAKTEK
4.1
Tempat dan waktu................................................................................... 14
4.2 Alat
dan bahan......................................................................................... 14
4.3
Prosedur kerja.......................................................................................... 15
4.4 Analisis data............................................................................................ 15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Deskripsi lokasi pengamatan fitoplankton............................................... 17
5.2
Komposisi fitoplankton........................................................................... 18
5.3 Kondisi kualitas air.................................................................................. 20
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan.............................................................................................. 22
6.2 Saran........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Teks Hal
Gambar 1. Lokasi Danau Dora............................................................................ 17
Gambar 2. Grafik kelimpahan fitoplankton......................................................... 19
DAFTAR TABEL
No. Tabel Teks Hal
Tabel 1. Alat yang digunakan saat pengamatan.................................................. 14
Tabel 2. Bahan yang digunakan saat pengamatan............................................... 14
Tabel 3. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton Danau Dora........................... 18
Tabel 4. Pengukuran
kualitas air Danau Dora...................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Fitoplankton dapat berperan sebagai
salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu
perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar
dari mata rantai pakan di perairan (Dawes, 1981). Oleh karena itu, kehadirannya
di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah
berada dalam keadaan subur atau tidak. Fitoplankton adalah mikroorganisme nabati yang
hidup melayang di dalam air, relatif tidak mempunyai daya gerak sehingga keberadaannya
di pengaruhi oleh gerakan air, serta mampu berfotosintesis.
Kelimpahan fitoplankton di suatu
perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik
fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai
tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik
fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et
al. 1984).
Danau Dora
adalah danau buatan yang terletak di Cibinong Jawa Barat, tepatnya di kawasan Cibinong Science Center and Botanical Garden (CSCBG) LIPI Cibinong.
Danau ini relatif baru dan belum diamati kelimpahan fitoplankton, kondisi
fisika, kimia dan biologinya, sehingga danau ini menarik untuk dilakukan
pengamatan.
Salah satu parameter yang diamati untuk
mengetahui kondisi limnologi perairan adalah dengan mengamati kelimpahan
fitoplankton. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan praktek kerja
lapangan ini yakni dengan melakukan pengamatan tentang kelimpahan fitoplankton
di Danau Dora kawasan Cibinong Science
Center and Botanical Garden (CSCBG) di Pusat Penelitian Limnologi
LIPI Cibinong, Jawa Barat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah :
a) Mengetahui
kelimpahan fitoplankton
yang ditemukan di Danau Dora
b) Mengetahui
perbedaan fitoplankton yang ditemukan pada jam yang berbeda
1.3 Manfaat
Manfaat dari
praktek kerja lapangan
ini adalah :
a) Menjadi
dasar untuk riset selanjutnya tentang keberadaan fitoplankton di Danau Dora
b) Memberikan
informasi tentang kelimpahan
fitoplankton di danau Dora.
BAB II
TINJAUAN UMUM INSTANSI
2.1 Sejarah umum LIPI
Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh
Jacob Bontius, yang mempelajari flora Indonesia dan Rompius dengan karyanya
yang terkenal berjudul Herbarium Amboinase.
Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch
Genotschaps van Wetenschppen pada tahun 1817, C.G.L. Reinwart yang
mendirikan kebun raya Indonesia (Svland Plantentuin) di Bogor. Pada tahun 1928
pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk
Raad Voor Netherlandsch Indie. Kemudian tahun 1948 diubah menjadi Organisatie Voor Natuurwatenschappelijk
onderzoek (Organisasi untuk penyelidikan Dallam Ilmu Pengetahuan Alam, yang
dikenal dengan OPIPA). Badan ini
menjalankan tugasnya hingga tahun 1956.
Pada tahun 1956,
melalui UU No. 06 Tahun 1956 pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu
Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok :
1. Membimbing
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Memberi
pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan.
Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Umum
Urusan Riset Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas
tambahan : membangun dan mengasuh beberapa lambaga riset Nasional. Pada tahun
1966 pemerintah merubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional
(LEMRENAS).
Pada bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan LEMRENAS dan
MIPI sesuai dengan SK Presiden RI No. 128 tahun 1976, kemudian berdasarkan
keputusan MPRS No. 18/B/1976 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dan menanmpung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan tugas
pokok sebagai berikut :
1.
Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia
pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
2.
Member kebenaran ilmiah, dimana kebebasan ilmiah,
kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
3.
Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan
Indonesia (sejak 1991 tugas pokok ini
selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres
no. 179 tahun 1991)
2.2
Sejarah umum limnologi
Kegiatan penelitian limnologi di Indonesia
sebenarnya telah mulai dilakukan secara terbatas sejak abad lalu. Namun belum
terdapat lembaga yang ditugasi khusus menangani masalah-masalah limnologi di
Indonesia. Beberapa lembaga dalam batas-batas tertentu telah melakukan
pengkajian limnologi secara terbatas sesuai dengan fungsi yang diemban oleh
lembaga masing-masing. Pemikiran yang menilai perlunya didirikan lembaga khusus
yang menangani masalah-masalah limnologi di Indonesia sebenarnya sudah lama
diwacanakan. Lembaga Biologi Nasional-LIPI telah mengambil prakarsa mengadakan
dua kali temu pendapat pada tahun 1984 dan 1985 antara para ahli dari berbagai
instansi dan perorangan yang mempunyai minat dalam limlologi.
Pusat Penelitian Limnologi-LIPI berdiri pada tanggal
13 Januari 1986 dengan nama Pusat
Penelitian dan Pengembangan Limnoologi LIPI, berdasarkan keputusan Presiden RI
nomor 1 tahun 1986 tentang organisasi LIPI, bertempat di Kebun Raya Bogor. Pada
tanggal 25 Maret 1996 Pusat Penelitian dan Pengembangan Limnologi–LIPI pindah
ke kompleks LIPI di Cibinong. Pada reorganisasi LIPI tahun 2001 Pusat
Penelitian Limnologi-LIPI.
2.3 Tugas dan fungsi limnologi
Tugas Puslit Limnologi sesuai dengan Keputusan
Kepala LIPI no. 1151/M 2001 yang
memppunyai tugas pokok melaksanakan penelitian dan penyiapan kebijakan,
penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis, penyususnan rencana dan
program. Pelaksanaan penelitian di bidang limnology serta evaluasi dan
penyusunan laporan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Pusat Limnologi LIPI
mempunyai Fungsi :
a. Mempersiapkan
bahan perumusan kebijakan penelitian bidang Limnologi.
b. Menyusun
pedoman, pembinaan dan pemberian bimbingan teknis penelitian bidang limnologi.
c. Menyusun
rencana, program, dan melaksanakan penelitian bidang limnologi
d. Memantau
pemanaatan hasil penelitian bidang limnologi.
e. Pelayanan
jasa ilmu pengetahuan dan teknologi bidang limnologi.
f. Evaluasi
dan penyususnan laporan pelaksanaan penelitian bidang limnologi.
g. Melakukan
urusan tata usaha.
2.4
Visi dan misi limnologi
Visi Puslit Limnologi LIPI adalah menjadi Referensi
Nasional dan Bidang Limnologi. Sedangkan Misi Puslit Limnologi LIPI adalah
mengembangkan Limnologi sebagai ilmu pengetahuan serta mendayagunakan
pemanfaatannya bagi kepentingan kehidupan melalui program litbang limnologi,
pembinaan jaringan dan kerjasama litbang dalam dan luar negeri, pembinaan
perkembangan keilmuan serta permasyarakatan pelayanan jasa dan informasi. Struktur organisasi Pusat Penelitian Limnologi LIPI dapat
dilihat pada Lampiran 1.
BAB
III
TINJAUAN
PUSTAKA
3.1 Definisi fitoplankton
Fitoplankon merupakan organisme
plankton nabati yang hidup diperairan, Pergerakannya dipengaruhi oleh arus dan
dapat berfotosintesis. Fitoplankton mempunyai kemampuan melakukan fotosintesis
karena sel tubuhnya mengandung klorofil, dimana klorofil berfungsi mengubah zat
anorganik menjadi zat organik dengan bantuan sinar matahari. Zat organik yang
dihasilkan dipergunakan untuk kebutuhan organisme lainnya (Davis, 1995).
Pada
lingkungan perairan fitoplankton berfungsi sebagai produsen utama karena
merupakan biota awal yang menyerap energi sinar matahari dan merupakan mata
rantai yang sangat penting dalam rantai makanan (food chain) kehidupan aquatik, yaitu sebagai makanan bagi
zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva biota (Odum, 1971).
Menurut
Sachlan (1982), fitoplankton termasuk
alga dan terbagi menjadi 7 phylum yaitu:
1.
Cyanophyta (alga biru, di air tawar
dan laut)
2.
Chlorophyta ( alga hijau, banyak di
air tawar dan sedikit di laut)
3.
Chrysophyta (alga kuning, di air
tawar dan air laut)
4.
Phyrophyta (plankton di air tawar dan
air laut)
5.
Euglenophyta ( di air tawar dan di
air payau)
6.
Phaeophyta (alga cokelat, hanya hidup
sebagai rumput laut)
7.
Rhodhophyta (alga merah, hanya hidup
sebagai rumput laut)
Fitoplankton
ukurannya sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, ukurannya
berkisar antara 2-200 µm (1 µm = 0,001 µm). Fitoplankton dapat melakukan gerak
sendiri dengan flagella atau sillia, serta aktif dalam mengatur berat jenis
(BJ) agar sama dengan berat jenis substrat atau medianya. Pengaturan berat
jenis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menambah atau
mengurangi vakuola, zat lemak, atau minyak yang merupakan cadangan makanan (Sachlan, 1982).
Fitoplankton
bereproduksi melalui dua cara yaitu seksual dan aseksual. Dimana reproduksi
secara aseksual terjadi melalui pembelahan sel, fragmentasi dan pembentukan
zoospora. Sedangkan reproduksi secara seksual terjadi melalui isogami dan
oogami (Yeanni, M.S. 2005).
a.
Reproduksi seksual
Reproduksi
seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot dan tumbuhan
menjadi individu baru. Terdapat dua tipe
isogami dan oogami. Pada tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina berukuran
sama besar dan pada umumnya dapat bergerak. Jika zigot hasil peleburan gamet
betina dan gamet jantan mengalami dormansi, maka disebut dengan zigospora.
Contoh fitoplankton yang melakukan reproduksi secara isogami yaitu Cholococcum, Chlamydomonas, dan Hydrodictyon
(Odum, 1971).
Sedangkan pada tipe Oogami, ukuran gamet jantan
berbeda dengan ukuran gamet betina. Gamet betina atau telur berukuran besar dan
tidak bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak berkecambah tetapi mengalami
dormansi, maka disebut dengan Oospora, contohnya fitoplankton yang bereproduksi
dengan cara isogami yaitu Spirogyra dan
Aedogonium (Odum, 1971).
b.
Reproduksi Aseksual
Reproduksi
aseksual terjadi melalui pembentukan sel menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara pembelahan sel
umumnya terjadi pada alga bersel tunggal, seperti Chroococcus, Chlorella dan Oscillatoria. Alga berbentuk koloni
tanpa filamen, umumnya bereproduksi melalui fragmentasi seperti Volvox dan Spyrogyra. Fragmentasi yaitu
terpecahnya koloni menjadi beberapa bagian, selain melalui pembelahan sel dan
fragmentasi, fitoplankton juga dapat bereproduksi melalui pembentukan zoospora.
Zoospora merupakan sel tunggal yang diselubungi oleh selaput dan dapat bergerak
atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau lebih flagela, contohnya yaitu
Chloroococcum dan Chlamidomonas (Yeanni,
M.S. 2005).
3.2 Fungsi Fitoplankton di
Perairan
Fitoplankton
merupakan produsen utama karena merupakan biota awal yang menyerap energi sinar
matahari (Odum, 1971). Fitoplankton atau mikroalgae mempunyai peran mensintesa
bahan organik dalam lingkungan perairan. Mikroalgae melakukan aktifitas
fotosintesa untuk membentuk molekul-molekul karbon komplek melalui larutan
nutrien dari beberapa sumber yang dikonsumsi dengan bantuan cahaya matahari
atau energi lampu untuk membentuk sel-sel baru menjadi produk biomassa (Odum, 1971).
Fungsi fitoplankton diperairan sebagai makanan bagi
zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva yang masih muda, mengubah zat
anorganik menjadi organik dan mengoksigenasi air, nutrien anorganik diabsorbsi
menjadi nutrient organic melalui proses fotosintesis. Nutrien organik merupakan
energi yang siap dimanfaatkan bagi pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri
maupun sebagai persediaan makanan bagi biota lain yang berada pada jenjang yang
lebih atas (Davis, 1995).
Pertumbuhan
fitoplankton yang tinggi tidak hanya selalu menguntungkan bagi kondisi
perairan, tetapi juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan karena
ledakan populasi fitoplankton (blooming)
(Nontji, 2006).
3.3 Faktor fisika kimia perairan
yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan
a.
Cahaya
Cahaya
bersumber dari sinar matahari sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup
karena hampir semua energi yang menggerakan dan mengontrol metabolisme
diperairan berasal dari energi matahari yang dikonversikan secara biokimia
melalui proses fotosintesis menjadi energi kimia potensial. Dalam proses
fotosintesis menggunakan bahan organik yang berasal dari perairan dalam
berbagai bentuk terlarut dan partikel organik (Nontji, 2006).
Proses
fotosintesis yang terjadi pada fitoplankton sangat bergantung pada cahaya, laju
fotosintesis dan intensitas cahaya. Laju dan intensitas cahaya yang sangat
tinggi dapat menghambat fotosintesis fitoplankton (Nybakken, 1988).
Pemanfaataan konsentrasi nitrat dan pospat yang tinggi tidak optimal pada
kondisi intensitas cahaya tinggi, sementara pada konsentrasi nutrien yang
rendah dan intensitas cahaya redup semua nutrien dapat dimanfaatkan. Sebaliknya
laju respirasi bisa dikatakan konstan dalam semua kedalaman. Intensitas cahaya
diperairan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman, dimana kehilangan
cahaya ditandai dengan koefisien peredupan cahaya (Nybakken, 1988).
b.
Suhu
Suhu
berperan penting dalam proses metabolisme organisme flora dan fauna, kisaran
suhu yang baik untuk fitoplankton yaitu 20-30 0C. Setiap spesies
fitoplankton memiliki suhu optimal untuk pertumbuhannya, seperti keompok diatom
tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20-30 0C (Effendi, 2000).
Suhu
dapat mempengaruhi fotosintesis diperairan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik yang berperan
dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Pengaruh tidak langsung,
karena suhu akan menentukan struktur hidrolisis suatu perairan dimana
fitoplankton itu berada (Nontji, 2006).
Suhu
di perairan juga menentukan
kadar
oksigen yang terlarut di dalamnya. Dimana semakin tinggi suhu suatu permukaan,
semakin kecil kadar oksigen terlarut di perairan tersebut (Efendi, 2000).
c.
Derajat keasaman (pH)
Derajat
keasaman merupakan parameter tingkat kepekatan ion hidrogen dalam suatu
perairan. Keasaman air di pengaruhi oleh kandungan garam mineral seperti
klorida, sulfat, nitrat, dan pospat (Efendi, 2003).
Toleransi
berbagai organisme yang hidup diperairan terhadap derajat keasaman tergantung
pada berbagai faktor seperti suhu, kandungan oksigen terlarut, alkalinitas,
adanya beberapa anion dan kation, serta daur hidup organisme hidup (Efendi,2003). Perubahan derajat keasaman
mempengaruhi jenis dan keberadaan unsur hara di perairan yang penting untuk
pertumbuhan fitoplankton. Zat
toksik seperti logam merkuri dan seng meningkat bila pH air cenderung asam, dimana keadaan demikian akan
menurunkan produktifitas primer perairan dan menganggu proses rantai makanan (Yeanni,
M.S. 2005).
d.
Oksigen terlarut
Oksigen
terlarut merupakan kandungan gas oksigen terlarut dalam air, semakin besar
nilai oksigen terlarut didalam air, maka semakin baik kehidupan organisme
didalamnya. Semakin berkurang kandungan oksigen terlarut sampai batas minimal,
maka kehidupan diperairan tersebut akan punah (Yeanni, M.S. 2005).
Sumber
utama oksigen terlarut dalam air berasal dari fotosintesis oleh fitoplankton,
tumbuhan air dan difusi dari udara Pirzan et
al. (2005). Selain
itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya jumlah oksigen terlarut
dalam perairan antara lain respirasi hewan dan tumbuhan air, proses penguraian
bahan organik, suhu air yang relatif tinggi, reduksi oleh gas-gas yang membentuk
gelembung-gelembung gas yang keluar dari air dan aliran air tanah kedalam tanah
Pirzan et al. (2005).
3.4 Fitoplankton sebagai indikator
kualitas perairan
Penggunaan
fitoplankton sebagai indikator kualitas suatu perairan dapat dilihat dengan
mengetahui keragaman jenisnya yang disebut juga sebagai keheterogenenan jenis.
Keragaman jenis fitoplankton merupakan parameter yang digunakan dalam
mengetahui suatu komunitas. Dimana parameter ini mencirikan kekayaan jenis dan
keseimbangan dalam suatu komunitas, peristiwa rendahnya jenis fitoplankton
menjadikan keragaman fitoplankton rendah. Ekosistem dengan keragaman rendah
adalah tidak stabil dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan
dengan ekosistem yang memiliki keragaman tinggi (Boyd, 1999).
Analisis
keragaman (H') fitoplankton menurut Strin
(1981),
apabila H'<1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apbila H'
berkisar 1-3 maka stabil komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan
apabila H' > 3 berarti stabil komunitas biota berada dalam kondisi prima
(stabil).
Nilai
keseragaman fitoplankton menurut Pirzan et
al. (2005) apabila mendekati nol (0) berarti keseragaman antar spesies di
dalam komunitas tergolong rendah dan sebaliknya keseragaman yang mendekati satu
dapat dikatakan keseragaman antar spesies tergolong merata atau sama. Untuk
perhitungan nilai dominansi mendekati nilai satu (1) berarti di dalam komunitas
terdapat spesies yang mendominansi spesies yang lainnya, sebaliknya apabila
mendekati nilai nol (0) berarti di dalam struktur komunitas tidak terdapat
spesies yang secara ekstrim mendominansi spesies lainnya. (Basmi, 2000).
BAB
IV
METODE
PRAKTEK
4.1 Tempat
dan waktu
Praktek kerja lapangan ini
dilaksanakan di Danau Dora
kawasan Cibinong Science Center and Botanical Garden (CSCBG), dan
laboratorium identifikasi plankton di Pusat Penelitian
Limnologi LIPI Cibinong, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan yaitu mulai tanggal
11 Juli 2013 sampai 26 Juli 2013. Rincian pelaksanaan PKL dapat dilihat
pada Lampiran 4.
4.2
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan untuk pengamatan kelimpahan
fitoplankton, dapat dilihat pada tebel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat yang akan digunakan pada pengamatan kelimpahan
fitoplankton adalah :
No
|
Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Plankton
net No. 25
|
Menyaring
sampel fitoplankton
|
2
|
Pipet
tetes
|
Mengambil
sampel air (fitoplankton)
|
3
|
Kaca
preparat
|
Untuk menutup SRC
|
4
|
Mikroskop
Inverted Nikon Diaphot 300.
|
Mengamati
fitoplankton
|
5
|
Kamera
digital Canon
|
Dokumentasi
|
6
|
Tali
|
Mengukur kedalaman air
|
7
|
Alat
tulis menulis
|
Mencatat
data
|
8
|
Water quality checker (WQC) Horiba U-10
|
Mengukur
parameter fisika dan kimia
insitu.
|
9
|
Secchi Disck
|
Mengukur kecerahan
|
10
|
Botol
sampel 15 ml
|
Menampung
sampel air untuk pengamatan
fitoplankton
|
11
|
Ember ukuran 5 liter
|
Pengambilan
sampel air
|
12
|
Kemmerer Water Sampler
|
Untuk pengambilan sampel air
|
13
|
SRC (sedgewick rafter counter cell)
|
Sebagai wadah identifikasi fitoplankton
|
Tabel 2. Bahan
yang akan digunakan pada pengamatan kelimpahan
fitoplankton adalah :
No
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Aquades
|
Pembersihan alat penelitian
|
2
|
Buku identifikasi
fitoplankton Prescott 1964 dan 1978
|
Panduan identifikasi fitoplankton
|
3
|
Lugol 1 %
|
Untuk pengawetan
|
4.3 Prosedur
kerja
Pengambilan
sampel fitoplankton di
Danau
Dora dilakukan pada pukul 09.00 WIB, 12.00
WIB dan
15.00
WIB. Tahapan prosedur
pengambilan sampel sampai identifikasi fitoplankton adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel air
1)
Pengambilan
sampel air di Danau Dora dilakukan pada satu titik. Sampel air permukaan dan
air dasar diambil menggunakan alat Kemerer Water Sampler, masing – masing
sebanyak 2,5 liter dan dikomposit ke dalam ember ukuran 5 liter.
2)
Sampel
air tersebut kemudian disaring menggunakan plankton net No. 25 dan dimasukkan ke dalam botol sampel ukuran 15 ml kemudian
ditetesi Lugol 1 % sebanyak 5 tetes (sampai warna air berubah menjadi
kekuningan) yang bertujuan untuk pengawetan fitoplankton. Setiap botol sampel
diberi label kemudian ditutup rapat dan langsung dibawa ke Laboratorium
Mikrobiologi Pusat Penelitian Limnologi.
3)
Pengukuran parameter kualitas air yaitu kecerahan, suhu,
pH dan DO menggunakan alat Water
Quality Checker (WQC) Horiba
U-10. Pengukurannya dilakukan
langsung di lokasi titik pengambilan sampel
b. Pengamatan dan identifikasi fitoplankton
1)
Sampel
yang sudah disimpan di laboratorium selanjutnya diamati dibawah Mikroskop Inverted Nikon Diaphot 300.
2)
Sampel tersebut diambil menggunakan pipet 1 tetes
(0,05 ml) diteteskan ke SRC (sedgewick
rafter counter cell) lalu ditutup dengan kaca preparat sampai tidak
terbentuk gelembung air.
3)
Membersihkan SRC (sedgewick
rafter counter cell) dan kaca preparat dengan akuades dan tissue setiap
selesai menggunakannya.
4)
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metoda Lackey Drop Microtransect dengan teknik
sapuan dan dilakukan tiga kali pengulangan dibawa mikroskop dengan perbesaran
100 x.
5)
Spesies fitoplankton yang ditemukan, diidentifikasi
dengan menggunakan buku identifikasi fitoplankton Prescott 1964 dan 1978.
6)
Menghitung
kelimpahan
fitoplankton dengan menggunakan metode Sachlan (1972), yaitu:
Keterangan : N =
jumlah total plankton perliter
n
= jumlah total plankton satu spesies hasil pengamatan
Oi = Luas gelas penutup (mm2)
Op
= luas lapangan pandang (mm2
Vr = volume air yang tersaring (ml)
Vo
= Volume air 1 tetes (ml)
Vs`=
Volume air yang disaring ( l )
P =
Jumlah
lapangan pandang
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi lokasi
pengamatan fitoplankton
Pengamatan
dilakukan di Danau Dora kawasan Cibinong Science
Center and Botanical Garden
(CSCBG) LIPI Cibinong, Jawa Barat
(Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Danau Dora. Sumber : http//maps.google.com
CSCBG-LIPI
luasnya 189.6 ha memiliki konsep ruang
terbuka hijau berdasarkan konservasi kekayaan Flora Indonesia yang terintegrasi
dengan pusat-pusat penelitian didalamnya. Konsep tersebut diterjemahkan menjadi
zona-zona penanaman yang salah satunya zona penanaman berdasarkan tipe-tipe
ekosistem low land di Indonesia (Ecopark). Ecologi park (Ecopark) memiliki luas sekitar 21 ha
dengan danau buatan yang menampung debit air 80 m³ yang berasal dari 23 titik
mata air.
5.2 Komposisi fitoplankton
Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, komposisi dan kelimpahan fitoplankton di Danau Dora
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton Di
Danau Dora Berdasarkan Hasil Pengamatan.
Jenis
|
Waktu
|
||
09.00
|
12.00
|
15.00
|
|
Bacillariophyceae
|
|||
Melosira
|
420
|
440
|
300
|
Cyanophyceae
|
|||
Chroococcus*
|
480
|
40
|
580
|
Microcystis*
|
0
|
60
|
0
|
Microspora
|
0
|
80
|
0
|
Chlorophyceae
|
|||
Kirchneriella
|
0
|
0
|
180
|
Dinobryon
|
100
|
0
|
80
|
Euglenophyceae
|
|||
Euglena
|
80
|
60
|
0
|
Total Kelimpahan (ind./L)
|
1080
|
680
|
1140
|
Pengamatan
ini dilakukan selama 3 kali yaitu pada pukul 09.00, 12.00 dan 15.00 WIB. Pukul 09.00 WIB ditemukan 4
genus dari kelas berbeda yaitu Melosira, Chroococcus,
Dinobryon,
Euglena. Pukul 12.00 WIB
ditemukan 5 genus yaitu Melosira, Chroococcus, Microcystis, Microspora, Euglena. Pukul 15.00 WIB ditemukan 4 genus yaitu Melosira,
Chroococcus, Kirchneriella, Dinobryon. Pada pukul 09.00 WIB
fitoplankton yang banyak ditemukan adalah dari genus Chroococcus
sebanyak 480 ind/L, pada pukul 12.00 WIB fitoplankton yang mendominasi adalah
dari genus Melosira sebanyak 420 ind/L, dan pada pukul 15.00 WIB
fitoplankton yang mendominasi dari genus Chroococcus sebanyak 580 ind/L.
Menurut Nontji
(2006), kelimpahan fitoplankton yang mendominasi di suatu
perairan pada pagi, siang atau sore hari tergantung dari kondisi lingkungan
tersebut. Kelimpahan fitoplankton selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.
Grafik kelimpahan fitoplankton
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa terdapat perbedaan
kelimpahan pada setiap waktu.
Berdasarkan grafik ini pada pukul 09.00 WIB total kelimpahan fitoplankton
sebesar 1080 ind/L, pada pukul 12.00 WIB total kelimpahan fitoplankton sebesar
680 ind/L, dan pada pukul 15.00 WIB total kelimpahan fitoplanktonnya sebesar
1140 ind/L. Fitoplankton yang melimpah pada 3 kali pengamatan terutama pada
genus Chroococcus yaitu sebesar 1100
ind/L
dan terendah pada genus Microcystis yaitu
sebesar 60 ind/L. Nilai kelimpahan fitoplankton yang diperoleh
tergolong rendah, namun nilai ini tidak menggambarkan nilai kelimpahan
fitoplankton untuk Danau Dora karena pengambilan sampel yang dilakukan hanya pada
1 titik pengamatan. Basmi (2000), menyatakan bahwa kelimpahan individu suatu
perairan danau dengan kelimpahan ≤10.000 ind/L adalah termasuk dalam perairan dengan
tingkat kelimpahan rendah.
5.3
Kondisi kualitas air
Hasil pengukuran kualitas air selama pengamatan di
Danau Dora disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.
Pengukuran kualitas air Danau Dora (Ecopark)
Parameter
|
Waktu
|
||
09.00
|
12.00
|
15.00
|
|
Suhu
|
27,6 0C
|
29 0C
|
30 0C
|
pH
|
8,51
|
6,93
|
6,36
|
DO
|
13,43 mg/L
|
6,85 mg/L
|
12,26 mg/L
|
Kecerahan
|
69 cm
|
69 cm
|
80 cm
|
Hasil pengukuran suhu selama pengamatan, tidak memperlihatkan adanya
perbedaan suhu yang besar. Secara umum
kondisi suhu perairan di Danau Dora yaitu 27-30 0C. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendi (2003), bahwa kisaran suhu yang optimum untuk
pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20-30 0C.
Kisaran
nilai pH yang dijumpai selama pengamatan
adalah 6
– 8, nilai ini sesuai dengan yang dibutuhkan untuk kehidupan fitoplankton di
perairan yaitu 6,5 – 8,0 (Prescod,
1961). Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun
sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme
dan respirasi (Barus, 2004).
Oksigen terlarut / Dissolved Oxygen (DO) merupakan
banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan
faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali
dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme-organisme air. Kisaran
niai DO yang dijumpai selama pengamatan yaitu 6,85 – 13,43 mg/L. Kadar oksigen terlarut
di perairan tawar seperti danau dan sungai berkisar 8 – 10 mg/L (Effendi,
2003).
Nilai kecerahan yang ada di Danau Dora pada pukul
08.00-12.00 WIB sekitar 69 cm, sedangkan pada pukul 16.00 WIB sekitar 80 cm.
hal ini memperlihatkan bahwa kecerahan di perairan tersebut baik untuk proses
respirasi dengan kedalaman Danau Dora 125 cm. Menurut Sulawesty et al (2006), tingkat kecerahan di suatu
perairan buatan yang kedalamannya 2 m dengan tingkat kecerahan ≥ 2 m masih
tergolong baik untuk proses respirasi dan fotosintesis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa; Komposisi
fitoplankton yang ditemukan di Danau Dora terdiri dari 7 genus (genera)
fitoplankton yaitu Melosira, Chroococcus,
Microcystis, Microspora, Kirchneriella, Dinobryon dan Euglena. Kelimpahan
fitoplankton tertinggi diperoleh pada pukul 16.00 WIB yaitu 1140 individu/l.
Kelimpahan terendah diperoleh pada pukul 12.00 WIB yaitu sebesar 680
individu/l. Kelimpahan fitoplankton secara keseluruhan di dominasi oleh kelas
Cyanophyceae dengan jenis yang melimpah yaitu chroococcus. Hasil pengukuran
kualitas air di Danau Dora berada pada kisaran yang sesuai untuk pertumbuhan fitoplankton.
5.2
Saran
Perlu dilakukan praktek kerja lapangan (PKL) untuk
melihat jenis - jenis fitoplankton berdasarkan sebaran spasial dan temporal
sehingga kelimpahan fitoplankton yang ada di Danau Dora dapat dilihat dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah. R. 2011. Diversitas
Fitoplankton di Danau Tasikardi Terkait dengan Kandungan Karbondioksida dan
Nitrogen. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN. Press, 27-29 p
Akrimi. dan
Subroto. G. 2000. Teknik Pengamatan
Kualitas Air Dan Plankton Di Reservat Danau Arang-Arang Jambi. Jurnal. Buletin
Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2. Hal 54-56.
APHA / American Water Work Association / Water Environment Federation. 1995. Standard
methods for examination of water and wastewater, 19th ed, Washington DC, USA, ISBN.0875532233 DDC:628.161.
I-47 p.
Barus. 2004. Faktor-faktor
Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas
Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia
dan Lingkungan, Vol.XI, No.2. Juli 2004. hal.61-70. ISSN : 0854-5510. UGM-Yogyakarta.
Basmi. J. 2000. Planktonologi:
Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. IPB. 59 hal.
Boyd, C.E. 1999. Code of Responsible Shrimp Farming. St.Louis, MO.:Global Aquaculture
Alliance. 477 pp.
Davis, C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State. Univ. Press,
562.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. A Willey Interscience Publ : 628 p
Efendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 145 hal.
__________ 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 p.
Krebs, C.J.1989. Ecological Methodologi. Harper Collins Publisher. New York. 654 pp.
Nontji. 2006. Tiada kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta. 248 hal
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology 3rd edition. W.B sounders. Co.
Philadephia. 574 pp.
Pirzan, A.M., Utojo, M. Atmomarso, M.
Tjaronge, A.M. Tangko, dan Hasnawi. 2005. Potensi lahan budi daya tambak dan
laut di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 11 (5): 43-50.
Prescot, GW. 1961. How To Know, The Fresh Water Algae. WM.C Brown Company Publishers.
IOWA.348 p
Reynolds, C.S., J.G.
Tundisi and K. Hino. 1984. Observation
on a Metalimnetic Phytoplankton
Population in a Stably Stratified Tropical Lake. Arch. Hydrobyol. Argentina.
97 : 7 – 17.
Sachlan, M. 1982. Sachlan, M. 1982. Planktonologi.
Correspondence Course Centre. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen
Pertanian, Jakarta. 141 p
Sulawesty, F.,
Awalina,& S. Sunanisari, 2006,
Phytoplankton Abundance and its Relation to Some Water Quality in
Lake Semayang-Melintang East
Kalimantan, Presented in poster
session in the International Symposium on Nature and Land Management of
Tropical Peatland in Southeast Asia. Bogor-INDONESIA, 20-21 Sept 2006, Organized
by RC for Biology-The Indonesian Institute of Sciences and Hokkaido University,
Sapporo-JAPAN.
Yeanni, M.S. 2005. Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap
Kualitas Air dan Keanekaragaman Plankton di Sungai Belalawan Medan. Jurnal
Komunikasi Penelitian Volume 17 Nomor 2. Jurusan FMIPA ISU. 3-5 p
Lampiran . Fitoplankton yang
teridentifikasi selama pengamatan
a. Chroococcus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar