MANAJEMEN
OPERASI PENANGKAPAN IKAN
DENGAN HUHATE ( POLE
AND LINE ) DI KECAMATAN TILAMUTA
KABUPATEN BOALEMO
OLEH:
SANDRIANTO DJUNAIDI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Wilayah Boalemo merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Gorontalo terletak antara 000 24’04”--010 02’30” Lintang Utara (LU) dan 1200 08’04” -1220. 33’33” Bujur Timur, dengan luas wilayah keseluruhan
2.300,90 Km2. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten
Gorontalo di sebelah utara dan timur, Teluk Tomini di sebelah selatan,
Kabupaten Pohuwato di sebelah Barat. Secara administratif, daerah ini terbagi
menjadi 7 Kecamatan dan 75 Desa.
Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan
Pendaratan Ikan (PPI) Tilamuta, cenderung meningkat produksinya sehingga
berpengaruh terhadap kegiatan operasional pelabuhan. Ikan dominan yang
didaratkan di PPI ini adalah ikan cakalang dan tuna yang merupakan komoditi
unggulan yang dapat dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi perikanan
di Kabupaten Boalemo dapat dikembangkan menjadi salah satu sektor ekonomi
unggulan sebagai prime mover
perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sasaran utama dari setiap usaha
penangkapan ikan di laut dengan menggunakan alat tangkap apapun adalah suatu
keberhasilan usaha penangkapan ikan, yaitu nelayan yang bersangkutan mampu
menangkap ikan sebanyak mungkin sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya
yang dikeluarkan juga mampu mendapatkan keuntungan berupa ikan tangkapan maupun
hasil penjualan dari ikan tangkapan tersebut. Realisasi dilapangan menujukkan
bahwa usaha penangkapan ikan tidak selalu mendapatkan hasil yang diharapkan.
Usaha penangkapan ikan laut merupakan usaha yang tingkat kegaglannya
cukup tinggi (High Risk), kenyataan
yang demikian mengindikasikan bahwa setiap nelayan senantiasa diharapkan pada
masalah kegagalan usaha. Ada beberapa faktor penyebab kegagalan, diantaranya
adlah metode penangkapan ikan yang masih konvensional, mengandalkan gejala
alam, kurang cermat dalam memperhitungkan keberhasilan yang sebenarnya dapat
diupayakan. Disamping itu dengan tingkat kepadatan tangkap yang semakin tinggi
maka resiko kegagalan akan semakin tinggi pula (Nikijuluw dkk, 2001).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum manajemen operasi penangkapan ikan
adalah :
1)
Mengetahui metode
pengoperasian Pole and Line
2) Mengetahui
daerah penangkapan dengan menggunakan Pole and Line
3) Mengetahui
ada tidaknya manajemen operasi penangkapan yang digunakan oleh nelayan
4) Mengetahui
bagaimana manajemen operasi penangkapan yang digunakan oleh nelayan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1) Melatih mahasiswa agar lebih interaktif
dengan responden.
2)
Melatih
kemandirian dan keberanian mahasiswa untuk melakukan survei langsung dilapangan.
3) Mahasiswa dapat mengetahui manajemen operasi penangkapan
ikan yang baik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.2 Defenisi Pancing
Pancing
terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama
pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter
lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan. Rawai
yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu
disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line
atau Set Long Line digunakan untuk
menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk
menangkap ikan-ikan pelagis.( Najamuddin, 2011).
Beberapa
masyarakat mengkategorikan alat tangkap pancing menjadi dua yaitu
alat tangkap pancing tanpa umpan dan alat pancing berumpan.
1) Alat
tangkap pancing tanpa umpan terdiri dari:
a. Pancing tonda (troll line)
Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap
jenis-jenis ikan palagis yang biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan mempunyai kualitas daging setengah mutu tinggi. Jenis-jenis
ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain jenis ikan bonito ( Scomberomerous sp. ), tuna, salmon,
cakalang, tengiri dan lainnya. Melalui bagian belakang maupun samping kapal
yang bergerak tidak terlalu cepat, dilakukan penarikan sejumlah tali pancing
dengan mata-mata pancing yang umumnya tersembunyi dalam umpan buatan. Ikan-ikan
akan memburu dan menangkap umpan-umpan buatan tersebut, hal ini tentu saja
memungkinkan mereka tertangkap.
b.
Pancing huhate (pole and line);
Tahap awal yang dilakukan adalah
menyiapkan alat pancing yang telah dirangkai, kemudian menyiapkan alat bantu
pancing. Setelah semua alat pengoperasian disiapkan dilakukan pencarian
gerombolan ikan atau fishing ground Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-kemari
( manouvere ) dan dengan
memperhatikan kawanan burung laut atau ke tempat rumpon yang telah disiapkan
sebelumnya, Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup
sebagai perangsang agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih
mudah dijangkau oleh pancing. Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak
banyak terbuang, maka kran penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat
meloncat-loncat kemudian dipancing. Kegiatan pemancingan ini dilakukan begitu
rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke atas permukaan air dan bila disambar
oleh target, dengan cepat diangkat melalui atas kepala dan secara otomatis
terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga berulang-ulang.
Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting.
Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and line dimana setelah ikan
terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan dari mata
pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan pemancing (Fiqrin, 2012).
2. Alat tangkap pancing berumpan dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
a. Pancing
bergagang
Pancing
bergagang pancing pada prinsipnya sama dengan pancing tangan dan pancing ulur.
Bedanya hanyalah pada penggunaan gagang yang terbuat dari kayu, besi, atau
bambu yang panjangnya antara 2 hingga 3 meter.
b. Pancing
dengan layang-layang (kite line)
Sesuai
dengan namanya, kite line mengunakan
layang-layang yang terbuat dari daun kiter (polypodium
quercifollum). Sebagai ganti ekor layang-layang diikatkan tali pancing yang
mata kailnya diganti dengan jerat berumpan.
c. Pancing
gurita (octopus jigg)
Pancing
gurita bukanlah alat pancing yang bentuknya menyerupai gurita, melainkan alat
pancing yang khusus digunakan untuk menangkap gurita (octopus).
d. Pancing rawai
(long line).
Pancing
rawai atau perawe atau prawe ini banyak digunakan oleh nelayan
di Indonesia dengan berbagai macam bentuk, sesuai dengan lokasi penangkapan
ikan (selasar benua maupun lautan lepas). Sedangkan ikan yang menjadi tujuan
penangkapannya terutama adalah berbagai macam jenis ikan tuna dan beberapa ikan
lainnya seperti: cucut, pari, layaran, setuhuk, ikan pedang atau ikan todak.
e. Pancing tangan dan
pancing ulur sederhana
Jenis pancing
yang juga digunakan oleh sebagian besar nelayan di Indonesia ini ada yang
memakai satu mata pancing dan ada juga yang memasang dua hingga empat mata
pancing sekaligus. Jenis-jenis ikan yang biasa dipancing menggunakan pancing
tangan adalah ikan kakap merah, snapper,
ekor kuning (ceasio sp.), Caranx sp, dan lain sebagainya (Fiqrin, 2012).
2.2
Definisi dan Klasifikasi Pancing Ulur
Handline atau Pancing ulur (tuna) merupakan alat
pancing yang paling sederhana. Biasanya terdiri dari pancing, tali pancing dan
pemberat serta dioperasikan oleh satu orang dan tali pancing langsung ke
tangan. Dari semua kelompok alat tangkap maka hand lines merupakan pancing yang
sederhana. Alat ini hanya terdiri dari tali pancing, pancing dan umpan ( Najamuddin, 2011).
Kemudian operasionalnya sangat sederhana
karena bisa dilakukan oleh seorang pemancing. Jumlah mata pancing bisa satu
buah, juga lebih, dan dapat menggunakan umpan hidup maupun umpan palsu.
Pemancingan dapat dilakukan di rumpon dan perairan lainnya. Ukuran pancing dan
besarnya tali disesuaikan dengan besarnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Jika hand lines yang digunakan untuk
menangkap ikan tuna tentu ukurannya lebih besar. Biasanya digunakan tali
monofilament dengan diameter 1,5-2,5 mm dengan pancing nomor 5-1 dan
ditambahkan pemberat timah.
Jenis pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu
tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu maupun kapal.
Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada di tanah air antara lain:
pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing gambur serta sejumlah
penamaan lainnya.
Handline dioperasikan pada siang hari. Konstruksi
pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10
mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon
sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi
oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan
yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama
pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.).
(
Najamuddin, 2011).
2.4 Kelengkapan dalam Unit Pancing
Adapun kelengkapan
dalam unit pancing adalah:
1) Kapal
Alat tangkap pancing ulur menggunakan kapal hanya
sebatas alat transportasi, penggunaan pancing ulur tidak harus selalu
dilengkapi dengan kapal. Selain kapal pemancingan dapat dilakukan dengan rakit
rumpon (Admin 2010).
2) Nelayan
Nelayan pancing ulur umumnya merupakan nelayan
sederhana yang bersifat turun temurun. Kegiatan memancing dengan pancing ulur
merupakan kegiatan tradisi, hal ini membuat para nelayan pancing ulur sulit menerima
perubahan dan pembaharuan alat tangkap (Wagiu 2009).
3) Alat Bantu
Pengoperasian pancing ulur dapat menggunakan alat
bantu seperti rumpon yang berfungsi menarik dan mengumpulkan ikan pada satu
titik, sehingga mempermudah proses penangkapan (Rahmat 2007).
4) Umpan
Pemancingan akan berhasil bila menggunakan umpan
sungguhan, baik berupa potongan ikan, ikan kecil, cumi-cumi, atau udang. Namun,
kadang-kadang ada juga yang menggunakan umpan tiruan dari bulu ayam atau tali
rafia. Umpan hidup bisa berupa ikan kembung, layang, cumi-cumi, atau udang
(Admin,.2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan
pada Sabtu, 23 Maret 2013 pukul 10.00 s/d selesai bertempat di TPI (Tempat Pelelangan
Ikan) Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan adalah :
a) ATM
(alat tulis menulis)
b) Kertas
kuesioner
c) Kamera
3.3 Metode Praktikum
Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan 2 cara, yaitu Data primer dan Data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui hasil survei,
observasi dan wawancara secara langsung di lapangan. Sedangkan Data sekunder
diperoleh dari studi kepustakaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
1. Hasil wawancara dengan Responden
NO
|
KATEGORI
|
KETERANGAN
|
|
1
|
ALAT TANGKAP
|
||
|
Pole and Line
|
Nama
Lokal : Huhate
Nama
Latin : Pole and
Line
Nama
Daerah : Uailo
|
|
Ukuran
Pole and Line
|
Terbuat
dari bambu, dengan panjang bambu ± 3-5 m. tali nilon no 50 dengan mata kail
ukuran no 9.
|
||
Biaya
perbaikan
|
1
mata pancing Rp 1.000
Nilon
Rp 12.500 / 100 m
|
||
2
|
KONSTRUKSI
KAPAL
|
||
|
Ukuran
Kapal
|
P =
13 meter
L =
5,3 meter
|
|
|
Ukuran
GT
|
29
GT
|
|
|
Bahan
Bakar
|
Solar
|
|
|
Harga
Pembuatan Kapal
|
Rp
350.000.000
|
|
|
Organisasi
Kapal
|
Kkm / motoris = 1 Orang
ABK
= 25 Orang
Bos /kapten
= 1
Orang
|
|
3
|
METODE
PENGOPERASIAN
|
||
|
Teknik
|
Menggunakan
kapal, caranya sangat sederhana dengan menggunakan tangan. Mata kail yang
diberi umpan akan dilemparkan sejauh 5 – 10 meter. Saat ikan memakan umpan,
pancing langsung ditarik kepermukaan.
|
|
|
Alat
bantu penangkapan
|
Kapal,
mesin generator, mesin pompa dan pompa air.
|
|
|
Daerah
Penangkapan / jarak Tempuh
|
Teluk
Tomini. Jarak yang ditempuh sekitar 20 mil dari pelabuhan.
|
|
|
Musim
Penangkapan
|
Mei,
Juni dan Juli
|
|
|
Hasil
Tangkapan
|
Ikan
Cakalang
|
|
|
Harga/Kg
|
Rp
12.000 / kg
|
|
4
|
ANALISIS
FINANSIAL
|
||
|
Trip
/ Modal
|
Rp
7.000.000 /trip
|
|
|
Hasil
tangkapan
|
- Saat musim ± 3 - 5 ton
- Tidak musim ± 1 ton
|
|
|
Proses
Penjualan
|
Hasil
tangkapan akan di jual ke daerah Sulawesi Utara, Manado.
|
|
|
Penanganan
Hasil Tangkapan
|
Ikan
akan diberi es di dalam box, agar dapat bertahan lebih lama.
|
|
|
Sistem
bagi Hasil
|
Biasanya
hasil penjualan saat musim ± Rp 36.000.000,-
Sedangkan tidak musim ± 12.000.000,-
Sistem
pembagiannya, setengah akan digunakan untuk keperluan kapal. Seperti
pembelian solar, mata pancing, dan tali nilon serta pembuatan kapal jika ada
yang rusak.
|
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil di atas maka dapat dibahasakan bahwa Secara fungsional dalam
usaha penangkapan ikan melibatkan tiga faktor utama yaitu, Pertama: kapal dan alat tangkap yang berperan sebagai sarana dan
alat dan teknologi untuk menangkap ikan, Kedua:
sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja yang melalui berbagai keahlian adalah
merupakan sumberdaya tenaga kerja utama dalam melakukan usaha penangkapan dan Ketiga: adalah perbekalan yang terdiri
dari bahan bakar, lauk-pauk dan perbekalan lainnya yang merupakan sarana pokok
untuk untuk mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan.
4.2.1
Perencanaan ( Planning)
Ada tiga kegiatan
utama dalam proses penangkapan ikan dengan menggunakan Pole and Line, yaitu : Pertama,
tahap persiapan yang ditandai dengan beberapa kegiatan pokok antara lain
pengisian bahan bakar, pengadaan ransum lauk pauk untuk kebutuhan nelayan ABK,
pengisian es sebagai bahan pengawet mutu ikan dan persiapan sarana alat tangkap
termasuk didalamnya pengisian ikan umpan hidup serta kegiatan persiapan sarana
pendukung lainnya seperti mempersiapkan bahan makanan dan lauk-pauk untuk
kebutuhan konsumsi ABK selama di perjalanan. Kedua, tahap proses
penangkapan, dalam tahap ini aktivitas yang ada antara lain menyiapkan sarana
pemancingan termasuk ikan umpan sampai dengan proses pemancingan yang terdiri
dari penebaran ikan umpan, memancing, membersihkan dan memasukkan ikan hasil
tangkapan kedalam palka kapal sampai dengan membersihkan dan merapihkan geladak
kapal dan peralatan penangkapan lainnya. Ketiga,
tahap pembongkaran ikan hasil tangkapan dan proses pemasaran. Dalam tahapan ini
aktivitas yang ada didalamnya antara lain membongkar dan mengangkut ikan hasil
tangkapan dari dalam palka kapal ke atas mobil pengangkut serta membersihkan
geladak dan palka kapal serta analisa
keuangannya.
Salah
satu keberhasilan untuk proses penangkapan ialah perencanaan yang baik. Alat
tangkap yang digunakan dalam penangkapan ini adalah Huhate
(Pole and Line). Pada prinsipnya, alat tangkap Pole and Line yang digunakan pada
penangkapan, tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan Pancing pada
umumnya. Jika ditinjau dari konstruksi, metode pengoperasian, serta alat bantu
yang digunakan Pole and Line ini sama halnya seperti pancing lainnya yang menggunakan tehnik sederhana. Menggunakan mesin temple dalam
pelayaran dengan waktu pengoperasian selama 24 jam, Alat tangkap atau pun konstruksi menggunakan
bambu, tali nilon dan mata pancing. Kapal yang dipakai berukuran 13 x 5,3 m2
serta ukuran 29 GT dengan bahan bakarnya solar. Tenaga pemancingnya berjumlah 25 - 27 orang dimana
1 orang sebagai kapten, 1 motoris dan jumlah ABK 25 orang.
Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha
penangkapan ikan cakalang dengan
menggunakan alat tangkap Pole and Line:
Pertama, pada saat tersebut belum ada kapal lain yang mendahului tiba di
wilayah penangkapan. Kedua, tepat
waktu bahwa secara biologis ikan pada saat posisi mencari mangsa/lapar yang
menurut informasi para nelayan adalah antara jam 6.00 sampai dengan 9.00 pagi
serta antara jam 15.00 sampai denga jam 18.00 sore, Ketiga, memperhitungkan kebutuhan bahan bakar mengingat jarak
antara fishing base dengan fishing ground sangat jauh.
Setiap kegiatan
penangkapan ikan membutuhkan perhitungan tertentu terutama kebutuhan waktu,
jumlah tenaga ABK yang terlibat didalamnya, sehingga diperoleh hasil yang
optimal dengan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Perencanaan
penggunaan waktu dan tenaga ABK menjadi variabel penting didalam perencanaan
operasi penangkapan ikan dengan Pole and Line.
Salah satu hal yang
sangat penting juga dari kapal penangkapan maupun dalam proses penangkapan
adalah surat dan sertifikat kapal. Ada beberapa jenis surat dan sertifikat yang
di pakai di kapal penangkapan diantaranya surat untuk kapal (Surat Ukur Kapal, Sertifikat
Keselamatan, Sertifikat Keselamatan Radio),
Izin usaha (Sura Izin Usaha Penangkapan ( SIUP), Surat Izin Penangkapan
Ikan ( SIPI), Manusia (Sertifikat Nahkoda, Buku Pelaut, Sijil Awak Kapal, Sertifikat
Pendukung Lainnya), dan Pelayaran (SIB dan Surat Kesempurnaan).
4.2.2 Pelaksanaan (Teknis)
Teknik
pengoperasiannya sangat sederhana dengan
menggunakan tangan. Mata kail yang diberi umpan akan dilemparkan sejauh 5 – 10
meter. Saat ikan memakan umpan, pancing langsung ditarik kepermukaan. Ikan yang
menjadi target disini hanyalah ikan cakalang. Jarak yang ditempuh untuk
penangkapan sejauh 20 mil dari pelabuhan ke lokasi yaitu daerah Teluk Tomini.
Dalam kegiatan penangkapan ikan Cakalang
dengan menggunakan alat tangkap Pole and
Line dibutuhkan alat bantu seperti kapal dan mesin pompa air. Kapal digunakan
sebagai sarana untuk melakukan proses penangkapan, sedangkan mesin pompa air di
gunakan sebagai alat untuk mengeluarkan dan mengambil air, biasanya air yang
diambil untuk membersikan kapal dan lain - lain.
Sebelum
pemancingan, dilakukan penyemprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal atau para pemancing. Selanjutnya
saat operasi penangkapan digunakan umpan hidup untuk lebih menarik perhatian
ikan cakalang. Ada beberapa teknik yang digunakan nelayan dalam operasi
penangkapan ikan menggunakan pancing cakalang yaitu :
1)
Setelah semua
persiapan telah dilakukan termasuk penyediaan umpan hidup, maka dilakukan
pencarian gerombolan ikan. Setelah menemukan gerombolan ikan harus diketahui
arah renang ikan baru mendekati gerombolan ikan tersebut. Cara mendekatinya
harus dari sisi kiri atau kanan dan bukan dari belakang.
2)
Pelemparan umpan
dilakukan setelah diperkirakan ikan telah berada dalam jarak jangkauan
pelemparan. Pelemparan ikan ini dilakukan secepat mungkin sehingga gerakan ikan
dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan umpan,
mesin penyemprotan sudah difungsikan agar ikan tetap berada didekat kapal, maka
mesin kapal dimatikan. Selanjutnya pemancingan dilakukan secepat mungkin untuk
menghindari gerombolan ikan yang tiba-tiba menghilang. Pemancingan berlangsung
15-30 menit.
3)
Waktu pemancingan
tidak perlu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing disebabkan pada saat
bambu disentakan ikan akan jatuh keatas kapal dan terlepas sendiri dari mata
pancing yang tidak terkait.
4)
Berdasarkan
pengalaman dan keahlian nelayan saat memancing, kadang dikelompokan kedalam
pemancing kelas I, II, dan III. Pemancing kelas I yang lebih berpengalaman
ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II ditempatkan disamping kapal dekat
haluan , sedangkan pemancing III kesamping kapal agak jauh haluan.
Saat pemancingan
perlu diperhatikan adalah menghindari ikan yang telah terpancing jatuh kembali
kelaut, hal ini mengakibatkan gerombolan ikan yang ada akan melarikan diri
meninggalkan kapal, sehingga mencari gerombolan ikan yang baru tentu akan
mengambil waktu.
Faktor yang mempengaruhi
penangkapan ikan Cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole and
Line adalah kecepatan laju kapal, jarak antara fishing base dengan fishing
ground dan kondisi lainnya seperti cuaca, keadaan ombak dan arus laut yang
tentu saja akan berpengaruh terhadap proses penangkapan.
Masalah lain juga yang
dihadapi dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan khususnya ikan pelagis
adalah sangat terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau mencari gerombolan
ikan yang berkaitan erat dengan daerah penangkapan ikan. Seperti nelayan yang
mau menangkap ikan yang berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap tetapi
untuk mencari lokasi penangkapan terlebih dahulu baru menangkapnya sehingga
selalu berada dalam ketidak pastian tentang lokasi yang potensial untuk
penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti.
Ikan yang ada di tempat pelelangan ikan Tilamuta,
dalam penanganannya sering menggunakan es untuk menjaga ketahanan dari mutu
ikan. Dalam setiap operasi penangkapan, ikan yang tertangkap harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya, sebab
perlakuan ini merupakan langkah pertama yang sangat menentukan mutu ikan dalam
proses-proses berikutnya. Bila langkah ini tidak dapat dipenuhi maka mutu ikan
hasil tangkapan akan menurun terus hingga pada konsumen, pada akhirnya nilai
jual ikan menjadi rendah. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan ikan
Penyebab utama kerusakan-kerusakan pada ikan adalah menyebabkan terjadinya
penurunan mutu ikan.
4.2.3 Analisa Keuangan
Pada tahap analisis finansial di kapal, trip atau modal setiap kali turun untuk
melakukan penangkapan dengan Pole and Line ± Rp
7.000.000,- untuk keperluan beli solar, mata kail, tali nilon dan lain – lain.
Saat musim penangkapan sering
memperoleh ± 3–5 ton dan saat tidak musimnya ± 1 ton
setiap kali pembongkaran, biasanya proses penjualan akan di jual
ke Daerah Sualwesi Utara, Manado.
Analisa kelayakan usaha penangkapan ikan ini yang digunakan,
diantaranya :
Analisis pendapatan atau keuntungan usaha ()
= TR (Total Revenue /Pendapatan) – TC (Total Cost / Pengeluaran)
= Rp
36.000.000 – Rp 7.000.000
= Rp 29.
000.000,-
Hasil yang diperoleh saat penjualan setiap musim penangkapannya
mencapai Rp 36.000.000,- Hasil penjualan
tersebut akan dikurangi modal setiap kali turun Rp 7.000.000 maka untungnya
sekitar ± Rp 29.000.000,- Namun sistem bagi
hasil yang digunakan dikapal yang saya wawancarai adalah di mana saat selesai
penjualan yang diperoleh adalah Rp 36.000.000,- setengahnya akan di gunakan
untuk keperluan kapal seperti perbaikan kapal, beli solar dan lainnya. Sedangkan
setengahnya akan di bagi merata dengan Nahkoda
kapal, motoris dan ABK (anak buah kapal) lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1) Salah
satu kunci keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole and Line:
Pertama, pada saat tersebut belum ada kapal lain yang mendahului tiba di
wilayah penangkapan. Kedua, tepat
waktu bahwa secara biologis ikan pada saat posisi mencari mangsa/lapar yang
menurut informasi para nelayan adalah antara jam 6.00 sampai dengan 9.00 pagi
serta antara jam 15.00 sampai denga jam 18.00 sore, Ketiga, memperhitungkan kebutuhan bahan bakar mengingat jarak
antara fishing base dengan fishing ground sangat jauh.
2)
Faktor yang
mempengaruhi penangkapan ikan Cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole and
Line adalah kecepatan laju kapal, jarak antara fishing base dengan fishing
ground dan kondisi lainnya seperti cuaca, keadaan ombak dan arus laut yang
tentu saja akan berpengaruh terhadap proses penangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.http://www.crayonpedia.org/mw/bab._xiv._operasi_dan_manajemen_penangkapan_ikan_bambang_setiono
Anonim.2013.http://agridtooceanographers.blogspot.com/2012/01/manajemen-waktu-pelaksanaan-dan-biaya.html
Dinas
Kelautan dan Perikanan. 2008. Alat Tangkap. (http://pipp.dkp.go.id, diakses
pada maret 2013)
Rahmat
E. 2007. Penggunaan pancing ulur untuk menangkap ikan pelagis besar. LIPI
Jurnal. Balai Riset Perikanan Laut: Jakarta.
Subani
W dan H R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut vol. II No. 2. Jakarta: Balai Riset Perikanan Laut,
Departemen Kelautan dan Perikanan
Wagiu
M. 2009. Investasi terbatas bagi nelayan pancing ulur di Malalayang I Manado.
Pacific Jurnal. Vol. 1(4) : 546-550.
LAMPIRAN
Gambar 1. Alat Tangkap Pancing
Cakalang
Gambar 2. Kapal yang digunakan untuk operasi penangkapan
Gambar 3. Sesi Wawancara dengan
pemilik kapal dan ABK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar