Music

Kamis, 02 April 2015

Laporan Praktikum Teknologi Penangkapan

MANAJEMEN OPERASI PENANGKAPAN IKAN
DENGAN HUHATE ( POLE AND LINE ) DI KECAMATAN TILAMUTA
KABUPATEN BOALEMO


OLEH:
SANDRIANTO DJUNAIDI




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Wilayah Boalemo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo terletak antara 000 24’04”--010  02’30” Lintang Utara (LU) dan 1200 08’04” -1220. 33’33” Bujur Timur, dengan luas wilayah keseluruhan 2.300,90 Km2. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo di sebelah utara dan timur, Teluk Tomini di sebelah selatan, Kabupaten Pohuwato di sebelah Barat. Secara administratif, daerah ini terbagi menjadi 7 Kecamatan dan 75 Desa.
            Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tilamuta, cenderung meningkat produksinya sehingga berpengaruh terhadap kegiatan operasional pelabuhan. Ikan dominan yang didaratkan di PPI ini adalah ikan cakalang dan tuna yang merupakan komoditi unggulan yang dapat dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa potensi perikanan di Kabupaten Boalemo dapat dikembangkan menjadi salah satu sektor ekonomi unggulan sebagai prime mover perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
            Sasaran utama dari setiap usaha penangkapan ikan di laut dengan menggunakan alat tangkap apapun adalah suatu keberhasilan usaha penangkapan ikan, yaitu nelayan yang bersangkutan mampu menangkap ikan sebanyak mungkin sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan juga mampu mendapatkan keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ikan tangkapan tersebut. Realisasi dilapangan menujukkan bahwa usaha penangkapan ikan tidak selalu mendapatkan hasil yang diharapkan.
Usaha penangkapan ikan laut merupakan usaha yang tingkat kegaglannya cukup tinggi (High Risk), kenyataan yang demikian mengindikasikan bahwa setiap nelayan senantiasa diharapkan pada masalah kegagalan usaha. Ada beberapa faktor penyebab kegagalan, diantaranya adlah metode penangkapan ikan yang masih konvensional, mengandalkan gejala alam, kurang cermat dalam memperhitungkan keberhasilan yang sebenarnya dapat diupayakan. Disamping itu dengan tingkat kepadatan tangkap yang semakin tinggi maka resiko kegagalan akan semakin tinggi pula (Nikijuluw dkk, 2001).

1.2 Tujuan
          Tujuan dari praktikum manajemen operasi penangkapan ikan adalah :
1)   Mengetahui metode pengoperasian Pole and Line
2)   Mengetahui daerah penangkapan dengan menggunakan Pole and Line
3)   Mengetahui ada tidaknya manajemen operasi penangkapan yang digunakan oleh nelayan
4)   Mengetahui bagaimana manajemen operasi penangkapan yang digunakan oleh nelayan

1.3 Manfaat
            Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1)      Melatih mahasiswa agar lebih interaktif dengan responden.
2)      Melatih kemandirian dan keberanian mahasiswa untuk melakukan survei langsung dilapangan.
3)      Mahasiswa dapat mengetahui manajemen operasi penangkapan ikan yang baik.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Defenisi Pancing
Pancing  terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan. Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.( Najamuddin, 2011).
Beberapa masyarakat mengkategorikan alat tangkap pancing menjadi dua yaitu alat tangkap pancing tanpa umpan dan alat pancing berumpan.
1)  Alat tangkap pancing tanpa umpan terdiri dari:
a. Pancing tonda (troll line)
Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan palagis yang biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai kualitas daging setengah mutu tinggi. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain jenis ikan bonito ( Scomberomerous sp. ), tuna, salmon, cakalang, tengiri dan lainnya. Melalui bagian belakang maupun samping kapal yang bergerak tidak terlalu cepat, dilakukan penarikan sejumlah tali pancing dengan mata-mata pancing yang umumnya tersembunyi dalam umpan buatan. Ikan-ikan akan memburu dan menangkap umpan-umpan buatan tersebut, hal ini tentu saja memungkinkan mereka tertangkap.
b. Pancing huhate (pole and line);
Tahap awal yang dilakukan adalah menyiapkan alat pancing yang telah dirangkai, kemudian menyiapkan alat bantu pancing. Setelah semua alat pengoperasian disiapkan dilakukan pencarian gerombolan ikan atau fishing ground Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-kemari ( manouvere ) dan dengan memperhatikan kawanan burung laut atau ke tempat rumpon yang telah disiapkan sebelumnya,  Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih mudah dijangkau oleh pancing. Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak terbuang, maka kran penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-loncat kemudian dipancing. Kegiatan pemancingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke atas permukaan air dan bila disambar oleh target, dengan cepat diangkat melalui atas kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting. Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and line dimana setelah ikan terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan dari mata pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan  pemancing (Fiqrin, 2012).
2.  Alat tangkap pancing berumpan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Pancing bergagang
Pancing bergagang pancing pada prinsipnya sama dengan pancing tangan dan pancing ulur. Bedanya hanyalah pada penggunaan gagang yang terbuat dari kayu, besi, atau bambu yang panjangnya antara 2 hingga 3 meter.
b. Pancing dengan layang-layang (kite line)
Sesuai dengan namanya, kite line mengunakan layang-layang yang terbuat dari daun kiter (polypodium quercifollum). Sebagai ganti ekor layang-layang diikatkan tali pancing yang mata kailnya diganti dengan jerat berumpan.
c. Pancing gurita (octopus jigg)
Pancing gurita bukanlah alat pancing yang bentuknya menyerupai gurita, melainkan alat pancing yang khusus digunakan untuk menangkap gurita (octopus).
d. Pancing rawai (long line).
Pancing rawai atau perawe atau prawe ini banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia dengan berbagai macam bentuk, sesuai dengan lokasi penangkapan ikan (selasar benua maupun lautan lepas). Sedangkan ikan yang menjadi tujuan penangkapannya terutama adalah berbagai macam jenis ikan tuna dan beberapa ikan lainnya seperti: cucut, pari, layaran, setuhuk, ikan pedang atau ikan todak.
e. Pancing tangan dan pancing ulur sederhana
 Jenis pancing yang juga digunakan oleh sebagian besar nelayan di Indonesia ini ada yang memakai satu mata pancing dan ada juga yang memasang dua hingga empat mata pancing sekaligus. Jenis-jenis ikan yang biasa dipancing menggunakan pancing tangan adalah ikan kakap merah, snapper, ekor kuning (ceasio sp.), Caranx sp, dan lain sebagainya (Fiqrin, 2012).
2.2  Definisi dan Klasifikasi Pancing Ulur
Handline atau Pancing ulur (tuna) merupakan alat pancing yang paling sederhana. Biasanya terdiri dari pancing, tali pancing dan pemberat serta dioperasikan oleh satu orang dan tali pancing langsung ke tangan. Dari semua kelompok alat tangkap maka hand lines merupakan pancing yang sederhana. Alat ini hanya terdiri dari tali pancing, pancing dan umpan ( Najamuddin, 2011).
Kemudian operasionalnya sangat sederhana karena bisa dilakukan oleh seorang pemancing. Jumlah mata pancing bisa satu buah, juga lebih, dan dapat menggunakan umpan hidup maupun umpan palsu. Pemancingan dapat dilakukan di rumpon dan perairan lainnya. Ukuran pancing dan besarnya tali disesuaikan dengan besarnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Jika hand lines yang digunakan untuk menangkap ikan tuna tentu ukurannya lebih besar. Biasanya digunakan tali monofilament dengan diameter 1,5-2,5 mm dengan pancing nomor 5-1 dan ditambahkan pemberat timah.
Jenis pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada di tanah air antara lain: pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing gambur serta sejumlah penamaan lainnya.
Handline dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.). ( Najamuddin, 2011).
2.4  Kelengkapan dalam Unit Pancing
            Adapun kelengkapan dalam unit pancing adalah:
1) Kapal
Alat tangkap pancing ulur menggunakan kapal hanya sebatas alat transportasi, penggunaan pancing ulur tidak harus selalu dilengkapi dengan kapal. Selain kapal pemancingan dapat dilakukan dengan rakit rumpon (Admin 2010).
2) Nelayan
Nelayan pancing ulur umumnya merupakan nelayan sederhana yang bersifat turun temurun. Kegiatan memancing dengan pancing ulur merupakan kegiatan tradisi, hal ini membuat para nelayan pancing ulur sulit menerima perubahan dan pembaharuan alat tangkap (Wagiu 2009).
3) Alat Bantu
Pengoperasian pancing ulur dapat menggunakan alat bantu seperti rumpon yang berfungsi menarik dan mengumpulkan ikan pada satu titik, sehingga mempermudah proses penangkapan (Rahmat 2007).
4) Umpan
Pemancingan akan berhasil bila menggunakan umpan sungguhan, baik berupa potongan ikan, ikan kecil, cumi-cumi, atau udang. Namun, kadang-kadang ada juga yang menggunakan umpan tiruan dari bulu ayam atau tali rafia. Umpan hidup bisa berupa ikan kembung, layang, cumi-cumi, atau udang (Admin,.2010).















BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum dilaksanakan pada Sabtu, 23 Maret 2013 pukul 10.00 s/d selesai bertempat di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
      Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah :
a)      ATM (alat tulis menulis)
b)      Kertas kuesioner
c)      Kamera
3.3 Metode Praktikum
            Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu Data primer dan Data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui hasil survei, observasi dan wawancara secara langsung di lapangan. Sedangkan Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil wawancara dengan Responden
NO
KATEGORI
KETERANGAN
1
ALAT TANGKAP

Pole and Line
Nama Lokal :  Huhate
Nama Latin : Pole and Line
Nama Daerah : Uailo
Ukuran Pole and Line
Terbuat dari bambu, dengan panjang bambu ± 3-5 m. tali nilon no 50 dengan mata kail ukuran no 9.
Biaya perbaikan
1 mata pancing Rp 1.000
Nilon Rp 12.500 / 100 m
2
KONSTRUKSI KAPAL

Ukuran Kapal
P = 13 meter
L = 5,3 meter

Ukuran GT
29 GT

Bahan Bakar
Solar

Harga Pembuatan Kapal
Rp 350.000.000

Organisasi Kapal
Kkm / motoris = 1 Orang
ABK               = 25 Orang
Bos /kapten     = 1 Orang
3
METODE PENGOPERASIAN

Teknik
Menggunakan kapal, caranya sangat sederhana dengan menggunakan tangan. Mata kail yang diberi umpan akan dilemparkan sejauh 5 – 10 meter. Saat ikan memakan umpan, pancing langsung ditarik kepermukaan.

Alat bantu penangkapan
Kapal, mesin generator, mesin pompa dan pompa air.

Daerah Penangkapan / jarak Tempuh
Teluk Tomini. Jarak yang ditempuh sekitar 20 mil dari pelabuhan.

Musim Penangkapan
Mei, Juni dan Juli

Hasil Tangkapan
Ikan Cakalang

Harga/Kg
Rp 12.000 / kg
4
ANALISIS FINANSIAL

Trip / Modal
Rp 7.000.000 /trip

Hasil tangkapan
- Saat musim ± 3 - 5 ton
- Tidak musim ± 1 ton

Proses Penjualan
Hasil tangkapan akan di jual ke daerah Sulawesi Utara, Manado.

Penanganan Hasil Tangkapan
Ikan akan diberi es di dalam box, agar dapat bertahan lebih lama.

Sistem bagi Hasil
Biasanya hasil penjualan saat musim  ± Rp 36.000.000,-
Sedangkan tidak musim ± 12.000.000,-
Sistem pembagiannya, setengah akan digunakan untuk keperluan kapal. Seperti pembelian solar, mata pancing, dan tali nilon serta pembuatan kapal jika ada yang rusak.





4.2 Pembahasan
            Dari hasil di atas maka dapat dibahasakan bahwa Secara fungsional dalam usaha penangkapan ikan melibatkan tiga faktor utama yaitu, Pertama: kapal dan alat tangkap yang berperan sebagai sarana dan alat dan teknologi untuk menangkap ikan, Kedua: sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja yang melalui berbagai keahlian adalah merupakan sumberdaya tenaga kerja utama dalam melakukan usaha penangkapan dan Ketiga: adalah perbekalan yang terdiri dari bahan bakar, lauk-pauk dan perbekalan lainnya yang merupakan sarana pokok untuk untuk mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan.
4.2.1 Perencanaan ( Planning)
Ada tiga kegiatan utama dalam proses penangkapan ikan dengan menggunakan Pole and Line, yaitu : Pertama, tahap persiapan yang ditandai dengan beberapa kegiatan pokok antara lain pengisian bahan bakar, pengadaan ransum lauk pauk untuk kebutuhan nelayan ABK, pengisian es sebagai bahan pengawet mutu ikan dan persiapan sarana alat tangkap termasuk didalamnya pengisian ikan umpan hidup serta kegiatan persiapan sarana pendukung lainnya seperti mempersiapkan bahan makanan dan lauk-pauk untuk kebutuhan konsumsi ABK selama di perjalanan. Kedua, tahap proses penangkapan, dalam tahap ini aktivitas yang ada antara lain menyiapkan sarana pemancingan termasuk ikan umpan sampai dengan proses pemancingan yang terdiri dari penebaran ikan umpan, memancing, membersihkan dan memasukkan ikan hasil tangkapan kedalam palka kapal sampai dengan membersihkan dan merapihkan geladak kapal dan peralatan penangkapan lainnya. Ketiga, tahap pembongkaran ikan hasil tangkapan dan proses pemasaran. Dalam tahapan ini aktivitas yang ada didalamnya antara lain membongkar dan mengangkut ikan hasil tangkapan dari dalam palka kapal ke atas mobil pengangkut serta membersihkan geladak dan palka kapal serta analisa keuangannya.
            Salah satu keberhasilan untuk proses penangkapan ialah perencanaan yang baik. Alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan ini adalah Huhate (Pole and Line). Pada prinsipnya, alat tangkap Pole and Line yang digunakan pada penangkapan, tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan Pancing pada umumnya. Jika ditinjau dari konstruksi, metode pengoperasian, serta alat bantu yang digunakan Pole and Line ini sama halnya seperti pancing lainnya yang menggunakan tehnik sederhana. Menggunakan mesin temple dalam pelayaran dengan waktu pengoperasian selama 24 jam, Alat tangkap atau pun konstruksi menggunakan bambu, tali nilon dan mata pancing. Kapal yang dipakai berukuran 13 x 5,3 m2 serta ukuran 29 GT dengan bahan bakarnya solar. Tenaga pemancingnya berjumlah 25 - 27 orang dimana 1 orang sebagai kapten, 1 motoris dan jumlah ABK 25 orang.
Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan cakalang dengan  menggunakan alat tangkap Pole and Line: Pertama, pada saat tersebut belum ada kapal lain yang mendahului tiba di wilayah penangkapan. Kedua, tepat waktu bahwa secara biologis ikan pada saat posisi mencari mangsa/lapar yang menurut informasi para nelayan adalah antara jam 6.00 sampai dengan 9.00 pagi serta antara jam 15.00 sampai denga jam 18.00 sore, Ketiga, memperhitungkan kebutuhan bahan bakar mengingat jarak antara fishing base dengan fishing ground sangat jauh.
Setiap kegiatan penangkapan ikan membutuhkan perhitungan tertentu terutama kebutuhan waktu, jumlah tenaga ABK yang terlibat didalamnya, sehingga diperoleh hasil yang optimal dengan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Perencanaan penggunaan waktu dan tenaga ABK menjadi variabel penting didalam perencanaan operasi penangkapan ikan dengan Pole and Line.
Salah satu hal yang sangat penting juga dari kapal penangkapan maupun dalam proses penangkapan adalah surat dan sertifikat kapal. Ada beberapa jenis surat dan sertifikat yang di pakai di kapal penangkapan diantaranya surat untuk kapal (Surat Ukur Kapal, Sertifikat Keselamatan, Sertifikat Keselamatan Radio),  Izin usaha (Sura Izin Usaha Penangkapan ( SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan ( SIPI), Manusia (Sertifikat Nahkoda, Buku Pelaut, Sijil Awak Kapal, Sertifikat Pendukung Lainnya), dan Pelayaran (SIB dan Surat Kesempurnaan).
            4.2.2 Pelaksanaan (Teknis)
Teknik pengoperasiannya sangat sederhana dengan menggunakan tangan. Mata kail yang diberi umpan akan dilemparkan sejauh 5 – 10 meter. Saat ikan memakan umpan, pancing langsung ditarik kepermukaan. Ikan yang menjadi target disini hanyalah ikan cakalang. Jarak yang ditempuh untuk penangkapan sejauh 20 mil dari pelabuhan ke lokasi yaitu daerah Teluk Tomini.
Dalam kegiatan penangkapan ikan Cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole and Line dibutuhkan alat bantu seperti kapal dan mesin pompa air. Kapal digunakan sebagai sarana untuk melakukan proses penangkapan, sedangkan mesin pompa air di gunakan sebagai alat untuk mengeluarkan dan mengambil air, biasanya air yang diambil untuk membersikan kapal dan lain - lain.
Sebelum pemancingan, dilakukan penyemprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal atau para pemancing. Selanjutnya saat operasi penangkapan digunakan umpan hidup untuk lebih menarik perhatian ikan cakalang. Ada beberapa teknik yang digunakan nelayan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan pancing cakalang yaitu :
1)        Setelah semua persiapan telah dilakukan termasuk penyediaan umpan hidup, maka dilakukan pencarian gerombolan ikan. Setelah menemukan gerombolan ikan harus diketahui arah renang ikan baru mendekati gerombolan ikan tersebut. Cara mendekatinya harus dari sisi kiri atau kanan dan bukan dari belakang.
2)        Pelemparan umpan dilakukan setelah diperkirakan ikan telah berada dalam jarak jangkauan pelemparan. Pelemparan ikan ini dilakukan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan umpan, mesin penyemprotan sudah difungsikan agar ikan tetap berada didekat kapal, maka mesin kapal dimatikan. Selanjutnya pemancingan dilakukan secepat mungkin untuk menghindari gerombolan ikan yang tiba-tiba menghilang. Pemancingan berlangsung 15-30 menit.
3)        Waktu pemancingan tidak perlu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing disebabkan pada saat bambu disentakan ikan akan jatuh keatas kapal dan terlepas sendiri dari mata pancing yang tidak terkait.
4)        Berdasarkan pengalaman dan keahlian nelayan saat memancing, kadang dikelompokan kedalam pemancing kelas I, II, dan III. Pemancing kelas I yang lebih berpengalaman ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II ditempatkan disamping kapal dekat haluan , sedangkan pemancing III kesamping kapal agak jauh haluan.
Saat pemancingan perlu diperhatikan adalah menghindari ikan yang telah terpancing jatuh kembali kelaut, hal ini mengakibatkan gerombolan ikan yang ada akan melarikan diri meninggalkan kapal, sehingga mencari gerombolan ikan yang baru tentu akan mengambil waktu.
Faktor yang mempengaruhi penangkapan ikan Cakalang dengan menggunakan alat tangkap  Pole and Line adalah kecepatan laju kapal, jarak antara fishing base dengan fishing ground dan kondisi lainnya seperti cuaca, keadaan ombak dan arus laut yang tentu saja akan berpengaruh terhadap proses penangkapan.
Masalah lain juga yang dihadapi dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan khususnya ikan pelagis adalah sangat terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau mencari gerombolan ikan yang berkaitan erat dengan daerah penangkapan ikan. Seperti nelayan yang mau menangkap ikan yang berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan terlebih dahulu baru menangkapnya sehingga selalu berada dalam ketidak pastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti.
Ikan yang ada di tempat pelelangan ikan Tilamuta, dalam penanganannya sering menggunakan es untuk menjaga ketahanan dari mutu ikan. Dalam setiap operasi penangkapan, ikan yang tertangkap harus  diperlakukan dengan sebaik-baiknya, sebab perlakuan ini merupakan langkah pertama yang sangat menentukan mutu ikan dalam proses-proses berikutnya. Bila langkah ini tidak dapat dipenuhi maka mutu ikan hasil tangkapan akan menurun terus hingga pada konsumen, pada akhirnya nilai jual ikan menjadi rendah. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan ikan Penyebab utama kerusakan-kerusakan pada ikan adalah menyebabkan terjadinya penurunan mutu ikan.
            4.2.3 Analisa Keuangan
Pada tahap analisis finansial di kapal, trip atau modal setiap kali turun untuk melakukan penangkapan dengan Pole and Line ± Rp 7.000.000,- untuk keperluan beli solar, mata kail, tali nilon dan lain – lain. Saat musim penangkapan sering memperoleh ± 35 ton dan saat tidak musimnya ± 1 ton setiap kali pembongkaran, biasanya proses penjualan akan di jual ke Daerah Sualwesi Utara, Manado.
Analisa kelayakan usaha penangkapan ikan ini yang digunakan, diantaranya :
Analisis pendapatan atau keuntungan usaha ()
= TR (Total Revenue /Pendapatan) – TC (Total Cost / Pengeluaran)
= Rp 36.000.000 – Rp 7.000.000
= Rp 29. 000.000,-
Hasil yang diperoleh saat penjualan setiap musim penangkapannya mencapai Rp 36.000.000,-  Hasil penjualan tersebut akan dikurangi modal setiap kali turun Rp 7.000.000 maka untungnya sekitar ± Rp 29.000.000,-  Namun sistem bagi hasil yang digunakan dikapal yang saya wawancarai adalah di mana saat selesai penjualan yang diperoleh adalah Rp 36.000.000,- setengahnya akan di gunakan untuk keperluan kapal seperti perbaikan kapal, beli solar dan lainnya. Sedangkan setengahnya akan di bagi merata dengan Nahkoda kapal, motoris dan ABK (anak buah kapal) lainnya.




BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1)   Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan cakalang dengan  menggunakan alat tangkap Pole and Line: Pertama, pada saat tersebut belum ada kapal lain yang mendahului tiba di wilayah penangkapan. Kedua, tepat waktu bahwa secara biologis ikan pada saat posisi mencari mangsa/lapar yang menurut informasi para nelayan adalah antara jam 6.00 sampai dengan 9.00 pagi serta antara jam 15.00 sampai denga jam 18.00 sore, Ketiga, memperhitungkan kebutuhan bahan bakar mengingat jarak antara fishing base dengan fishing ground sangat jauh.
2)   Faktor yang mempengaruhi penangkapan ikan Cakalang dengan menggunakan alat tangkap  Pole and Line adalah kecepatan laju kapal, jarak antara fishing base dengan fishing ground dan kondisi lainnya seperti cuaca, keadaan ombak dan arus laut yang tentu saja akan berpengaruh terhadap proses penangkapan.












DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2010. Memancing. (http://www.pulauseribu.net/, diakses pada maret 2013)
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2008. Alat Tangkap. (http://pipp.dkp.go.id, diakses pada maret 2013)
Rahmat E. 2007. Penggunaan pancing ulur untuk menangkap ikan pelagis besar. LIPI Jurnal. Balai Riset Perikanan Laut: Jakarta.
Subani W dan H R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut vol. II No. 2. Jakarta: Balai Riset Perikanan Laut, Departemen Kelautan dan Perikanan
Wagiu M. 2009. Investasi terbatas bagi nelayan pancing ulur di Malalayang I Manado. Pacific Jurnal. Vol. 1(4) : 546-550.

























LAMPIRAN







Gambar 1. Alat Tangkap Pancing Cakalang

 










Gambar 2. Kapal yang digunakan untuk operasi penangkapan










Gambar 3. Sesi Wawancara dengan pemilik kapal dan ABK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar