Music

Rabu, 01 April 2015

PKM Analisis Usaha Perikanan Bakso Udang


PRODUKSI DAN ANALISIS USAHA BAKSO UDANG
 
OLEH
SANDRIANTO DJUNAIDI


 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk dunia yang masih relatif cepat terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, membuat semakin meningkatnya kebutuhan hidup. Peningkatan kebutuhan tersebut, antara lain mengenai kebutuhan pangan hewani seperti hasil – hasil laut. Udang merupakan salah satu hasil perikanan yang dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein hewani yang dikonsumsi masyarakat. Udang mempunyai manfaat dan kandungan protein yang cukup tinggi sehingga banyak orang mengkonsumsi Udang (Bank Indonesia, 2003).
Dipandang dari aspek kesehatan, kebutuhan minimal udang yang harus dikonsumsi kurang lebih 20 kg/kapita/tahun. Laju peningkatan jumlah kebutuhan udang dipacu juga oleh peningkatan tingkat kehidupan dan pengetahuan penduduk dan (Gufron dan Kordi, 2004). Kebutuhan akan udang ini memaksa manusia untuk mengalihkan perhatiannya ke sumber daya perikanan laut (Suryadin, 2004).
Sebagian besar dari hasil produksi perikanan terutama perikanan laut yaitu ± 60% dikonsumsi dalam bentuk olahan. Udang merupakan salah satu produk yang paling cepat busuk apabila tanpa penanganan yang baik, itulah sebabnya sebagian besar produk perikanan dipasarkan dalam bentuk olahan (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan di Propinsi DKI Jakarta, 2003), yaitu (1) supaya tahan lama, (2) memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan, dan (3) dapat dipasarkan ke daerah-daerah yang jauh dari tempat produsen.
Kegiatan pengolahan udang menjadi bakso udang merupakan salah satu teknologi penanganan hasil perikanan, karena dapat meningkatkan nilai tambah pada komoditas udang tersebut. Produk tersebut merupakan salah satu bahan makanan yang bernilai gizi tinggi terutama sebagai sumber protein yang sangat dibutuhkan dalam menu sehari-hari. Selain itu udang juga mengandung zat-zat organik lainnya yang dapat mempertahankan vitalitas tubuh, vitamin, dan mineral. Produk perikanan juga merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi pertumbuhan tubuh manusia. Industri pengolahan udang dewasa ini telah berkembang, baik secara kualitas maupun kuantitas. Perkembangan industri  pengolahan udang ini dimulai dengan diadakannya penganekaragaman atau diversifikasi produk olahan menjadi produk yang dapat disajikan dan dikemas sesuai dengan kebutuhan konsumen (Fajar, 2004).

1.2 Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang akan dipecahkan diantaranya. (1) mengingat bahwa dalam pengolahan perikanan diversifikasi produk merupakan tuntutan yang mutlak agar disukai oleh masyarakat sebagai konsumen. (2) bakso udang merupakan alternative bagi masyarakat yang tidak menyukai bakso daging. (3) pengolahan udang ini selain menghasilkan nilai ekonomi yang cukup tinggi juga dapat menghambat proses pembusukan pada udang.
  
1.3 Tujuan Program
Tujuan kegiatan Analisis yang kami lakukan bertujuan agar kita dapat mengetahui proses pembuatan bakso udang, cara pemasarannya, dan dapat mengambil pelajaran bagaimana menjalankan suatu usaha, serta cara manajemen usaha dengan baik.

1.4 Luaran yang Diharapkan
            Mengingat bahwa sektor komoditas perikanan mudah mengalami degradasi kualitas seperti udang maka perlu dibuat teknik pengolahan yang efektif dan efisien misalnya, bakso udang karena dengan dihadirkan produk seperti ini maka nilai ekonomis udang akan bertambah dan memiliki daya tahan lama yang cukup tinggi  dibandingkan dengan udang tanpa pengolahan. Selain itu juga bidang perikanan perlu memdiversifikasikan produknya dengan lebih variatif guna memenuhi selera konsumen yang semakin lama menuntut produk yang lebih baik dengan harga yang tetap ekonomis.  

1.5 Kegunaan Program
            Manfaat dari kegiatan ini yaitu memberikan harga jual yang lebih ekonomis, memberikan rasa yang sesuai selera konsumen, dapat menciptakan peluang usaha, serta dapat menjadikan kita bagaimana cara memenej suatu usaha dengan baik.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah Bakso berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien berarti 'daging giling', hal ini menunjukkan bahwa bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia. Akan tetapi kini kebanyakan penjual bakso adalah orang Jawa dari Wonogiri dan Malang. Tempat yang terkenal sebagai pusat Bakso adalah Solo dan Malang yang disebut Bakso Malang. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, bakso umumnya terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, ayam, atau udang (Supriyasih. 2000).
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga baso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran. (Supriyasih. 2000).



BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Rencana usaha
            Potensi perikanan untuk dijadikan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi telah lama diketahui sebagai suatu prospek yang menjanjikan dalam prospek bisis perikanan. Namun khalayak ramai belum mengetahui dan memanfaatkan potensi perikanan menjadi produk yang dapat bertahan lama, maka dari itu perlu dibuat usaha dibidang perikanan yang mampu menjawab dan memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi diatas, misalnya pengolahan udang menjadi bakso merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam melakukan pengolahan udang.
            Usaha ini selain dapat menghasilkan dari segi materi juga membantu industri perikanan bidang pengolahan untuk membuat produk olahan yang lebih variatif, sehingga mengenalkan masyarakat bahwa komoditas perikanan terutama udang dapat menjadi alternative makanan yang menarik untuk dicoba.

3.2 Gambaran Masyarakat Sasaran
            Masyarakat selaku konsumen merupakan salah satu motivasi bagi pengusaha dalam bidang kuliner untuk dapat menciptakan suatu produk yang disukai masyarakat, dengan tujuan masyarakat memiliki daya beli yang tinggi dengan produk yang diproduksi. Bakso merupakan jenis makanan yang dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia karena memiliki kelebihan antara lain, sebagai pengganti makanan berat, sebagai jajanan. Kelebihan ini merupakan faktor pendorong banyaknya penjual bakso baik skala kecil maupun skala besar.
            Bakso udang  merupakan alternative makanan bagi konsumen yang tidak menyukai bakso daging, mengingat bahwa daging juga bukan merupakan makanan yang sehat bila dikonsumsi jangka lama. Bakso udang dapat di nikmati oleh siapa saja yang menyukai udang, baik dalam keadaan segar maupun dalam bentuk olahan.

3.3 Pengolahan Udang
Bakso udang adalah produk makanan berbentuk bulatan yang diperoleh dari campuran daging udang dengan atau tanpa penambahan bahan-bahanan serta bahan tambahan makanan yang diijinkan. Ciri-ciri bakso udang yang baik: (1) bentuknya bulat dan halus; (2) berukuran seragam; (3) bersih, cemerlang, tidak kusam; (4) warnanya merata; (5) berbau khas udang segar rebus (sesuai jenis udang); (6) bau bumbu cukup tajam; (7) tidak ada bau tengik, asam, basi atau busuk; (8) teksturnya kompak, elastis, tidak liat, tanpa kulit atau kepala; (9) tidak terlalu basah; dan (10) tidak rapuh. tekstur kompak dan kenyal tetapi tidak membal sepert karet, juga tidak rapuh atau lembek. Selain itu, bakso harus awet dan tahan lama.
a.       Bahan yang Diperlukan
Ø  Daging udang 2 k g
Ø  Tepung tapioka 150 g
Ø  Tepung sagu 150 g
Ø  Bawang putih 4 g/ 1 siung
Ø  Garam : 2,5 g/1 sdt
Ø  Jahe 2g/1 ujung
Ø  Merica : 0,5 g/11 butir
Ø  Penyedap rasa seujung sdt
Ø  Es batu secukupnya
b.      Alat yang Diperlukan
Ø  Panci
Ø  Sendok
Ø  Pisau
Ø  Saringan/ Peniris
Ø  Talenan
Ø  Baskom plastik
Ø  Cobek
Ø  Plastik kemasan
Ø  Kompor
Pembuatan bakso udang meliputi persiapan bahan yang diperlukan dan proses pembuatannya. Bahan utama yang diperlukan untuk membuat bakso udang, yaitu: daging udang, tepung tapioka, es, dan bumbu-bumbu.
1)        Daging udang
Bahan utama untuk bakso udang adalah daging udang, rasa daging udang berpengaruh terhadap rasa lezat baksonya. Daging udang yang digunakan hanya daging saja yang dapat diperoleh dari jenis udang windu, Selain itu,  jenis udang yang digunakan juga menentukan tekstur bakso yang diperoleh.
2)        Tepung tapioka
Agar baksonya lezat, teksturnya bagus, dan bermutu tinggi, jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-15% dari berat daging.
3)        Es
Penting lainnya dalam pembuatan bakso adalah es atau air es. Es yang digunakan sebaiknya berupa es batu.
4)        Bumbu
Bumbu berupa garam dapur halus, bawang putih, jahe dan merica. Penyedap masakan MSG atau vetsin boleh ditambahkan atau tidak ditambahkan.
Bahan baku yang digunakan adalah daging udang yang telah diproses menjadi surimi atau daging lumat, Setelah ditiriskan, daging lumat siap dijadikan bakso. Daging yang sudah halus tadi dilumatkan lagi sambil ditambah garam dapur dan bumbu secukupnya. Bumbu-bumbu dipilih yang tidak menyebabkan perubahan warna dan penampilan bakso. Misalnya, serbuk merica yang digunakan harus benar-benar halus dan putih bersih. Bintik-bintik hitam pada merica harus dihindari karena akan menyebabkan bakso menjadi berbintik-bintik gelap.
Setelah tercampur merata, ke dalam daging lumat itu ditambahkan tepung tapioka dan tepung sagu sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga diperoleh adonan yang homogen. Pada saat pembentukan adonan bakso udang ditambahkan es batu sekitar 15-20% atau bahkan 30% dari berat daging udang lumat. Es ini berfungsi mempertahankan suhu dan menambah air ke dalam adonan Dengan penambahan es ini suhu dapat dipertahankan tetap rendah, adonan tidak kering, dan rendemen tinggi, suhu diatas 15°C bakso yang dihasilkan biasanya agak lembek dan kurang kenyal.
Adonan yang sudah homogen ini dicetak menjadi bola-bola bakso yang siap direbus. Ukurannya dapat dibuat super, sangat besar, besar, sedang, atau kecil. ukuran kecil beratnya 12 g. Bola bakso direbus dalam air mendidih hingga matang. Jika bakso sudah mengapung di permukaan air berarti bakso sudah matang dan dapat diangkat. Kematangan bakso juga dapat diperiksa dengan melihat bagian dalam bakso. Biasanya perebusan bakso ini memerlukan waktu sekitar 15 menit. Jika diiris, bekas irisan bakso yang sudah matang tampak mengkilap agak transparan, tidak keruh seperti adonan lagi.
Setelah dingin, bakso dikemas dalam kantong plastik dan ditutup rapat. Untuk penyimpanan, bakso dapat disimpan dalam lemari pendingin atau refrigerator bersuhu 5°C. Penyimpanan pada suhu tersebut, bakso dapat tahan hingga 32 hari. Untuk pengiriman jarak jauh, bakso perlu dikemas vakum lalu dibekukan dalam contact plate freezer dan disimpan dalam cold storage.
3.4  Analisis Usaha Bakso udang
a. Biaya investasi
No.
Uraian
Jumlah
Harga (Rp)
Total (Rp)
1
Panci
1 buah
50.000
50.000
2
Pisau
1 buah
10.000
10.000
3
Talenan
1 buah
10.000
10.000
4
Baskom  plastic
1 buah
15.000
15.000
5
Cobek
1 set
20.000
20.000
6
Kompor
1 buah
200.000
200.000
7
Saringan/peniris
1 buah
12.000
12.000
Jumlah
317.000

b. Biaya tidak tetap
No.
Uraian
Jumlah
Harga (Rp)
Total (Rp)
1
Daging udang
2 kg
60.000/kg
120.000
2
Tepung tapioka
150 g
8.000/kg
4.000
3
Tepung sagu
150 g
6.000/kg
3.000
4
Bawang putih
40 g
10.000/kg
2000
5
Garam
30 g
1.500/bungkus
1500
6
Jahe
20 g
6.000/kg
1000
7
Merica
5 g
20.000/kg
2000
8
Penyedap rasa
20 g
9.000/ lusin
1.000
9
Es batu
1 ktg
1000/ktg
1.000
10
Upah giling
2 kg
1000/kg
20.000
11
Plastik kemasan
20 pcs
18000/lusin
20000
Jumlah
175.500
12
Pemakaian LPG
3 kg
15.000/3kg
15.000
Jumlah Biaya Tidak Tetap
195.500

- Biaya susut 5%.Rp 317.000 = Rp 15.850
- Laba / rugi = Rp 270.000 – Rp 211350
                   =  Rp 58.650
Dengan demikian, selama 30 hari penjualan bakso udang menghasilkan keuntungan sebesar Rp 58.650 x 30 hari = Rp 1.759.500
a.      Return cost ratio (R/C)

 Berdasarkan hasil perhitungan R/C maka usaha penjualan bakso udang dinyatakan layak karena nilai R/C lebih besar dari 1, yaitu 5,4. Nilai R/C sebesar 5,4 berarti dari setiap biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 5.000 maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 5.400
b.      Payback periode (PP)
Hasil analisis ini menggambarkan bahwa seluruh modal usaha penjualan bakso udang ini akan kembali dalam kurun waktu 3 bulan 6 hari.
c.       Break event point (BEP)


Nilai BEP produksi sebesar 140 butir bakso menunjukan bahwa titik impas atau kondisi perusahaan tidak untung atau tidak rugi akan di capai pada saat produksi usaha sebesar 140 butir bakso. Sementara nilai BEP harga sebesar Rp 1.173 menunjukan bahwa titik impas atau kondisi perusahaan tidak untung atau tidak rugi akan dicapai pada saat harga jual bakso udang sebesar 1.173



DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Supriyasih. 2000. Analisis Struktur Biaya Produksi dan Harga Pokok Minyak Sawit pada PT. PP. LONSUM.Tbk. Skripsi. Program Studi Ilmu-ilmu Sosisl Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

2 komentar:

  1. bisnis kuliner adalah salah satu bisnis dengan omset paling menggiurkan. dan bakso adalah salah satu menu makanan favorit bagi banyak orang di berbagai kalangan dan usia. sehingga bisa disimpulkan, jika berbisnis bakso ditafsirkan akan memperoleh omset yang cukupp tinggi..
    sangat berterimakaish karea telah berbagi informasi sekaligus ilmu yang sangat bermanfaat melalui artikel ini..
    Software Kasir Restoran

    BalasHapus
  2. Itu Laba / rugi = Rp 270.000 – Rp 211350 dapet dari mana ya

    BalasHapus